Rabu, 29 Februari 2012

Fenomena penyembahan atas berhala gaya baru

0 komentar
Penulis : Bulletin Al Wala wal Bara' Edisi XIX/03/08

Ibadah bila dilihat dari sisi lughowi mempunyai arti ketundukan dan kerendahan, sedangkan menurut makna istilahi ibadah adalah sebutan yang menyeluruh untuk setiap apa yang dicintai Allah dan diridhoiNya dari ucapan-ucapan dan amalan-amalan lahir maupun batin. (Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, Majmu'ul Fatawa: 10/149)

Adapun al-autsaan diambil dari asal kata al-watsan, yaitu sebuah nama yang digunakan untuk menyebutkan semua jenis peribadahan, seperti do'a, istighotsah yakni minta kelapangan dari segala kesempitan hidup, kondisi yang tidak menentu, kekacauan, ketakutan dan yang lainnya, kemudian isti'anah yakni meminta pertolongan dalam mendatangkan segala kemaslahatan dan menolak berbagai macam mudharat, lalu at-tabarruk, yakni dengan istilah orang sekarang: ngalap berkah dan lain-lainnya dari jenis ibadah yang diperuntukkan kepada selain Allah, seperti kuburan yang dianggap keramat, batu ajaib, paranormal, khodam setia atau rijalul ghoib (jin muslim atau kafir) dan seterusnya.

Sebagian orang barangkali beranggapan kalau watsan atau autsaan adalah patung dan berhala, sehingga praktek ibadatul autsaan hanyalah ditujukan bagi mereka-mereka penyembah patung atau berhala. Cara pandang model ini jelas keliru, sebab Allah telah berfirman dalam Al Qur`an mengenai perkataan Ibrahim kepada kaumnya,

إِنَّمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْثَانًا وَتَخْلُقُونَ إِفْكًا

"Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah autsaan, dan kamu membuat dusta." (QS Al Ankabuut: 17).

Allah juga berfirman,

قَالُوا نَعْبُدُ أَصْنَامًا فَنَظَلُّ لَهَا عَاكِفِينَ"

Mereka menjawab: Kami menyembah berhala-berhala dan kami senantiasa tekun menyembahnya." (QS Asy Syu'araa: 71).

قَالَ أَتَعْبُدُونَ مَا تَنْحِتُونَ

"Ibrahim berkata: Apakah kamu menyembah patung-patung yang kamu pahat itu?" (QS Ash Shaffaat: 95). Maka, diketahuilah dari sini bahwa watsan atau autsaan digunakan untuk menyebutkan patung-patung dan selainnya yang diibadahi di samping Allah. (Fathul Majid: 292, cet. Al Bayaan)

Karena itu, siapapun orangnya yang berdo'a dan meminta pertolongan dalam mengatasi problema hidup kepada selain Allah -dalam perkara yang tidak dimampui oleh seorang pun dari makhluk dan menjadi kekhususan kekuasaan Allah-, maka dia telah terjerumus dalam praktek ibadatul-autsaan.

Di tengah-tengah sulitnya mencari penghidupan, ekonomi yang morat-marit, status sosial selalu menjadi ukuran, gaya hidup yang bonafid jadi idaman, memiliki pasangan hidup yang asli (anti selingkuh) jadi impian. Ketika kelezatan dunia menjadi target utama, maka orang-orang yang lemah keimanannya dan lemah pendiriannya mulai goyah terseok-seok ke sana ke mari ingin segera meraih kemudahan dan kelezatan dunia yang sebetulnya tak lebih dari sekedar fatamorgana.

Namanya juga memanfaatkan situasi dan kondisi sekaligus nyari rezeki. Paranormal, orang-orang pintar dan ustadz bin kiyai gadungan yang juga serba kesusahan segera bereaksi, seolah kehadiran mereka sebagai satu-satunya jalan keluar meski harus melakukan praktek syirik dan mengajak orang berbuat musyrik.

Mereka membuka layanan praktek ibadatul-autsaan 1 x 24 jam dengan kata-kata dan janji-janji manis sebagai daya tarik laris. Praktek yang dibukanya biasanya berkisar seputar: berhubungan dengan rijalul ghoib (jin muslim atau kafir), tarik rejeki, penglaris usaha, penolak bala, jauhkan perselingkuhan, tampil cantik dan menarik, datangkan aura pesona, perjodohan dan banyak lagi yang lainnya.
Media elektronik baik yang dibaca, didengar ataupun dilihat ikut berperan meramaikan suasana, sayangnya keberadaan media elektronik itu hanya sekedar alat untuk menjembatani wali-wali syaithon dalam menyebarkan propaganda praktek ibadatul-autsaan. Wa ilallahil musytaka...

Mendapati kenyataan yang demikian ini, akan bertambahlah keimanan dan keyakinan serta kehati-hatian dalam mengarungi kehidupan dan mengaplikasikan nilai-nilai agama dalam keseharian bagi siapa yang membaca sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Akan ada di antara kalian yang mengikuti tata cara beragama orang-orang sebelum kalian, sampai-sampai kalau mereka masuk lubang biawak kalian pun turut memasukinya." Para sahabat bertanya, "Apakah mereka itu Yahudi dan Nashrani?" Rasulullah menjawab, "Siapa lagi jika bukan mereka?!" (HR Bukhari Muslim)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan dalam hadits ini bahwa apa yang pernah dilakukan oleh orang Yahudi dan Nashrani akan kembali dilakukan oleh ummat ini, satu peringatan agar kita selaku ummatnya selalu mawas diri jangan sampai terperangkap ke dalam praktek ibadah mereka. Tak salah bila kemudian Imam Sufyan ibnu Uyainah memvonis siapa saja yang berilmu namun rusak ada kemiripan dengan Yahudi dan ahli ibadah namun rusak ada kemiripan dengan Nashrani.

Ibadatul-autsaan bila ditelusuri dari awal historinya, jelas bukan bermula dari ummat ini, ia hanyalah warisan dari ummat-ummat yang menyimpang seperti disinggung dalam hadits di atas, ironinya justru umat ini yang malah gemar dan semarak mempraktekkan.

Diriwayatkan dari Ibnu Abi Hatim dari Ikrimah bahwa Huyay bin Ahthab dan Ka'ab ibnul Asyrof datang ke Mekkah, maka berkumpullah orang-orang musyrikin di sekitarnya dan berkata, "Kalian (berdua) ahli kitab dan ahli ilmu, kabarkan kepada kami tentang kami dan Muhammad." Huyay dan Ka'ab bertanya, "Apa bedanya kalian dan Muhammad?" Mereka menjawab, "Kami adalah orang yang menyambung hubungan silaturrahim, menyediakan makanan dan minuman (bagi yang membutuhkan), menghilangkan kesusahan dan memberi minum para jama'ah haji. Sedangkan Muhammad adalah orang yang pelit dan selalu memutuskan silaturrahim, siapa yang paling baik, kami ataukah dia?" Ka'ab dan Huyay menjawab, "Kalian yang paling baik dan benar jalannya." Maka turunlah firman Allah subhanahu wa ta'ala,

لَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ أُوتُوا نَصِيبًا مِنَ الْكِتَابِ يُؤْمِنُونَ بِالْجِبْتِ وَالطَّاغُوتِ وَيَقُولُونَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا هَؤُلاَءِ أَهْدَى مِنَ الَّذِينَ ءَامَنُوا سَبِيلا

"Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian dari Al Kitab? Mereka percaya kepada jibt dan thaghut (yaitu syaithon dan semua yang diibadahi selain Allah) dan mengatakan kepada orang-orang kafir (musyrik Mekkah) bahwa merekalah yang lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman." (QS An Nisaa: 51)

Di dalam ayat ini Allah beritakan ikhwal orang-orang sebelum kita yang diberikan kepadanya sebahagian Al Kitab (yakni Taurat dan Injil) di mana mereka percaya kepada jibt dan thaghut alias syetan dan semua yang diibadahi selain Allah dan inilah sesungguhnya praktek ibadatul-autsaan yang menjadi bagian dari agamanya mereka, ini pulalah fakta yang menggambarkan kalau ibadatul-autsaan bukan bagian dari agama kita dan bukan pula bagian dari praktek ibadah kita.

Pada ayat lainnya Allah menceritakan kebinasaan dan hukuman bagi orang-orang Yahudi karena mereka melakukan praktek ibadatul-autsaan. Allah berfirman,

قُلْ هَلْ أُنَبِّئُكُمْ بِشَرٍّ مِنْ ذَلِكَ مَثُوبَةً عِنْدَ اللَّهِ مَنْ لَعَنَهُ اللَّهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ وَجَعَلَ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ وَالْخَنَازِيرَ وَعَبَدَ الطَّاغُوتَ أُولَئِكَ شَرٌّ مَكَانًا وَأَضَلُّ عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ

"Katakanlah: Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasiq) itu di sisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah thaghut. Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus." (QS Al Maidah: 60).
Allah juga berfirman,

وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ الَّذِينَ اعْتَدَوْا مِنْكُمْ فِي السَّبْتِ فَقُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ

"Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar di antaramu pada hari Sabtu, lalu kami berfirman kepada mereka: Jadilah kamu kera yang hina." (QS Al Baqarah: 65)
Ayat inipun menjadi bukti bahwa ibadatul-autsaan adalah model ibadahnya Yahudi.

Bila kita menengok kembali sejarahnya para ashabul kahfi, sungguh sangat menakjubkan, seperti firman Allah,

مْ حَسِبْتَ أَنَّ أَصْحَابَ الْكَهْفِ وَالرَّقِيمِ كَانُوا مِنْ ءَايَاتِنَا عَجَبًا

"Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan?" (QS Al Kahfi: 9). Namun demikian ternyata praktek ibadatul-autsaan telah terjadi saat itu jauh sebelum kita, yang dilakukan oleh orang-orang musyrikin, para penguasa di zaman tersebut.

Ashabul kahfi adalah para pemuda yang beriman kepada Allah yang berada di dalam negeri syirik, mereka keluar dari negeri itu guna menyelamatkan aqidah lalu Allah mudahkan untuk mereka hingga menjumpai sebuah gua, mereka pun masuk ke dalamnya dan tertidur di dalamnya sampai waktu yang sangat panjang sekira tiga ratus sembilan tahun, seperti firman Allah,

وَلَبِثُوا فِي كَهْفِهِمْ ثَلاَثَ مِائَةٍ سِنِينَ وَازْدَادُوا تِسْعً

"Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi)." (QS Al Kahfi: 25).

Mereka tertidur tidak membutuhkan makan dan minum, Allah bolak-balikkan tubuh mereka sehingga tidaklah membeku darah pada salah satu bagian tubuhnya. Ini semua termasuk hikmah Allah. Allah berfirman, "Dan kamu mengira mereka itu bangun padahal mereka tidur; dan kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri." (QS Al Kahfi: 18). (Al Qoulul Mufid: 478, cet. Ibnul Haitsam -Qohiroh-).

Pendeknya, ketika para Ashabul Kahfi itu terbangun dan diketahui keberadaannya oleh penduduk negeri, hingga mereka (para ashabul kahfi) meninggal dunia, maka para penguasa di waktu itu berkeinginan untuk membangunkan masjid di atas kuburan-kuburannya. Dan inilah praktek ibadatul-autsaan. Allah berfirman, "Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata: Sesungguhnya kami akan mendirikan sebuah rumah peribadatan di atasnya." (QS Al Kahfi: 21).

Para pembaca, semua kisah dan berita di dalam Al Qur`an ataupun As Sunnah yang memuat kejelekan suatu perbuatan, siksaan, kebinasaan, musibah, dan kehancuran yang telah menimpa orang-orang dan umat sebelum kita, bukanlah sebatas kisah dan cerita tanpa makna, bukanlah dongeng yang hanya diperdengarkan setiap pagi dan petang hari, bukan pula senandung penghantar tidur atau nina bobo. Tetapi semua itu adalah pelajaran yang berharga sehingga kita dapat memahami arti hidup ini.

Anda, kami, dan semua dibimbing dan dituntut untuk meyakini firman Allah subhanahu wa ta'ala,

لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الأَلْبَابِ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَى وَلَكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

"Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur`an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman." (QS Yusuf: 111).

Kehancuran, siksa, kebinasaan, dan keguncangan serta berbagai macam malapetaka yang telah melibas orang-orang dulu, umat sebelum kita disebabkan karena ulah perbuatannya yang menyimpang dan di luar kehendak Allah, akan kembali dirasakan dan terulang jalan ceritanya berikut episodenya pada umat ini, pada kita jika kita melakukan tindakan-tindakan yang sama seperti mereka.
Bila orang-orang sebelum kita mereka disiksa dan dibinasakan karena melakukan praktek ibadatul-autsaan, maka kita pun akan mengalami nasib yang sama jika melakukan hal yang sama.

Mengapakah kita rela menjual aqidah-aqidah kita yang teramat berharga dengan kelezatan yang usianya hanya sesaat, sehingga kita lebih memilih untuk mengabi kepada al-andaad, al-aalihah, dan al-autsaan daripada mengabdi kepada Allah, Al Ahad laa syariikalah. Benarlah apa yang dikatakan Imam Sufyan Ats-Tsauri, "Tidak ada kebaikan dalam kelezatan yang ujungnya neraka."

Bukankah kita tahu bahwa Allah lah yang telah berfirman,

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلاَ تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلاَ تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا

"Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhoanNya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini, dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah kami lalaikan dari mengingat kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas." (QS Al Kahfi: 28).

Anda, kami, dan kita semua sama-sama meyakini bahwa tidaklah Allah menciptakan kita melainkan telah disiapkan rizkinya, maka raihlah rizki itu dengan cara yang diridhoiNya, hadapilah kesulitan-kesulitan yang ada. Mengapakah kita lemah?! Kesulitan adalah sebuah tantangan guna mengukur daya keyakinan kita kepada Rabbul Izzah. Dibalik kesulitan ada kemudahan!!

Duhai bahagia rasanya... lega dan puas, tatkala kita bisa memasuki dan menempati sebuah rumah yang terbuat dari bambu namun pintunya dari besi, cobalah! Semoga Allah menolong kami dan kalian.

Wal ilmu indallah.

(Dikutip dari Bulletin Al Wala' wa Bara', Edisi ke-19 Tahun ke-3 /08 April 2005 M / 29 Shafar 1426 H, judul asli Fenomena Ibadatul-Autsaan. Penulis al Ustadz Abu Hamzah Yusuf. Diterbitkan Yayasan Forum Dakwah Ahlussunnah Wal Jamaah Bandung. Url sumber : http://salafy.iwebland.com/fdawj/awwb/read.php?edisi=19&th=3)

FATWA ULAMA AHLUSSUNNAH TENTANG HUKUM NASYID “YAA THOYBAH YA DAWA’AL AYAANA”

0 komentar
Penerjemah*) : Al-Ustadz Abu Abdirrahman Rahmat Hidayat

Bismillahirrahmanirrahiim

Hukum nasyid (ياطيبة يادواءالعيانا) yang beredar di tengah manusia dengan bentuk yang tidak benar, sehingga kami mengharap agar disebarkan hukum nasyid tersebut di tengah manusia.

1. JAWABAN ASY-SYAIKH SHOLIH BIN SA’AD AS-SUHAIMI –SEMOGA ALLAH MENJAGA BELIAU-

* HATI-HATILAH DARI NASYID-NASYID KEKAFIRAN DAN BERBAU SHUFIYAH *

Soal : Berkata (penanya) : Disana ada nasyid-nasyid Islami yang berbunyi “Wahai Allah, dengan penglihatan dari mata yang pengasih, mengobati semua yang ada pada diriku berupa penyakit-penyakit” apakah dalam nasyid ini ada masalah?

Jawaban : Saya tidak mengetahui apakah dia memaksudkan dari kalimat : dari mata yang pengasih apakah dia maksudkan bahwa dia berdo’a kepada Allah agar Dia menguasakan kepada salah seorang dari makhluk-Nya atau dia memaksudkan Allah Ta’ala sendiri.

(Yang jelasnya) atas apapun yang dimaksudkan, walaupun dia memaksudkan Allah Ta’ala, tetap tidak boleh (berdo’a) dengan ibarat-ibarat seperti ini. (sebab) sifat-sifat tersebut tidak boleh berdo’a kepada sifat-sifat / dimintai darinya, memang benar Allah memiliki mata, Allah memiliki dua mata tentunya mata penglihatan yang sesuai dengan Kemuliaan-Nya dan Keagungan-Nya, akan tetapi jangan Anda berdo’a dengan mengatakan : Wahai mata penglihatan Allah, sampai-sampai sebagian ulama mengatakan kalau dia berdo’a kepada sifat Allah maka dia kafir, jadi kalau dia berkata : Wahai kekuasaan Allah, Wahai Rahmat Allah, Wahai Tangan Allah, Wahai Ni’mat Allah, maka dia kafir sebagaimana disebutkan dari kebanyakan Ulama. Akan tetapi wahai saudaraku sekalian hendaknya engkau berdo’a dengan do’a-do’a yang jelas datangnya dari Al-Qur’an dan As-Sunnah dan tidak ada hajat engkau dengan lafadz-lafadz meragukan ini yang terkadang dapat menjerumuskan Anda kepada perbuatan bid’ah atau kesyirikan, berhati-hatilah dari bid’ah dan kesyirikan. Dan hendaknya Anda mengembalikan segala lafadz-lafadz kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Yang jelasnya, berkaitan dengan nasyid-nasyid ini, saya ingin memperingatkan kalian dengan sesuatu yang terlintas di benak saya sekarang ini, apa yang ada di sekitar Al-Haram (Masjid Nabawi) disana dijual kaset “Yaa Thaibah ….. Yaa Thaibah …..” ini adalah kesyirikan, merupakan bentuk kesyirikan dari asalnya karena berdo’a kepada Thaibah (nama lain kota Madinah) sama dengan berdo’a kepada selain Allah Subhanahu wa Ta'ala! Juga lafadz “Wahai Penawar Derita” siapakah yang menyembuhkan, Allah Subhanahu wa Ta'ala atau Taibah?? Jadi, jika engkau berdo’a kepada Thaibah untuk kesembuhanmu maka engkau telah melakukan kesyirikan.

Inilah yang terjadi bahkan tersebar diantara anak-anak sekarang ini, tersebar di HP/telpon genggam, bahkan tersebar dimana-mana nasyid “Yaa Thaibah ….. Yaa Thaibah …..” disini di samping masjid Nabawi (di toko-toko) tasjilat, maka bertaqwalah kepada Allah dan berhati-hatilah terhadap diri Anda. Karena disana ada lafadz-lafadz yang dilantunkan sebagian manusia padahal lafadz-lafadz tersebut padanya kekufuran sementara dia tidak tahu, orang itu tidak tahu dan tidak menyadari bahwa lafadz- lafadz tersebut adalah kekafiran. Apakah dia mendapat udzur di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala atau tidak? Kita tidak tahu, akan tetapi lafadz tersebut adalah kesyirikan dan dia melakukan perbuatan syirik. Maka berhati-hatilah! Jangan kalian mendengar segala sesuatu. Saya memiliki suatu kaset kemungkinan di dalamnya ada ratusan kalimat yang sering dilantunkan sebagian manusia khususnya di negara – negara Arab, maka berhati-hatilah Anda terhadap perkara ini!

2. TRANSKRIP FATWA ASY-SYAIKH SHOLIH BIN SA’AD AS-SUHAIMI

Soal : Berkata (Penanya) semoga Allah berbuat baik untuk Anda – didapati permainan untuk anak-anak yang di dalamnya ada nasyid yang menyebutkan : “Yaa Thaibah ….. Yaa Dawa'al Ayana …..” apakah ini teranggap istigatsah kepada selain Allah Subhanahu wa Ta'ala?

Jawaban : Ya, Nasyid ini “Yaa Thaibah ….. Yaa Dawa'al Ayana …..” di dalamnya terdapat bau kesyirikan dan terkadang menjadi bentuk kesyirikan secara nyata/terang-terangan. Dan sungguh telah ditanyakan kepada Masyaikh Kibar/Ulama Besar dimana waktu itu saya berada bersama mereka dua hari yang lalu, maka diantara mereka ada yang menyatakan dengan terang – terangan dan pasti bahwa hal itu adalah kesyirikan dan diantara mereka ada yang berkata bahwa itu di dalamnya terdapat bau kesyirikan, sebab hal itu adalah bentuk do'a dan panggilan. Dan panggilan dengan jenis ini adalah kesyirikan. Maka yang menyembuhkan penyakit adalah Allah Azza wa Jalla sebagaimana dalam ayat : (Nabi Ibrahim berkata : dan Apabila saya sakit maka Dialah (Allah) yang menyembuhkanku), jadi engkau memanggil/menyeru kepada Thaibah Al-Madinah – dan memang kita semua mencintai Thaibah/Kota Madinah, akan tetapi kecintaan kita tersebut tidak menjadikan kita beristighatsah dengannya atau dengan tanahnya atau dengan apa yang ada terdapat di dalamnya. Ini tidak boleh sama sekali. Bahkan hal ini – wal 'iyadzu Billah – (dan Allah tempat berlindung) dikhawatirkan sebagai perbuatan syirik, maka kewajiban kita untuk menjauhi segala sesuatu yang di dalamnya terdapat kesyirikan atau hal – hal yang berbau syirik.

Dan nampak bagi saya bahwa hal tersebut adalah perbuatan syirik karena merupakan bentuk panggilan (meminta hajat) sebagaimana halnya (termasuk kesyirikan) jika Anda berkata (memanggil) : wahai Ali, wahai Muhammad, wahai 'Amr, wahai Zaid apalagi kalau dikaitkan dengan meminta penawar derita orang sakit. Nasyid – nasyid ini yang kita dengar sekarang ini, banyak beredar di sekitar hotel – hotel (dekat masjid Nabawi) dan di toko – toko, semua itu wajib dihilangkan/dimusnahkan.

Sungguh merupakan kewajiban untuk dihilangkan karena dia merupakan kemungkaran dimana menjadi kewajiban atas mereka yang memiliki wewenang dalam hal ini untuk menghilangkannya/memusnahkannya.

Ya, demikian pula halnya dengan apa yang kebanyakan dikenal dengan nasyid – nasyid Islami yang isinya dari jenis (yang haram) ini. Kebanyakan dari nasyid – nasyid tersebut, tidak luput dari bentuk – bentuk do'a sepenuh hati dan istigatsah atau bentuk lagu/bernada, menyerupai nada kaum wanita atau yang semisal itu.

3. FATWA ASY – SYAIKH UBAID AL-JABIRI – SEMOGA ALLAH MENJAGANYA –

Soal : - Semoga Allah berbuat baik untuk Anda – penanya berkata : Akhir – akhir ini bermunculan nasyid – nasyid yang didalamnya terdapat sebagian lafadz – lafadz yang bermasalah, seperti perkataan : “Yaa Thaibah ... Yaa Thaibah ... Yaa Dawa'al Ayaana” apakah lafadz – lafadz ini merupakan kesyirikan? Semoga Allah membalas Anda dengan kebaikan.

Jawaban : Kebanyakan nasyid – nasyid semisal yang disebutkan dalam pertanyaan adalah bukan dari pantun ahli adab dan bahasa dari kalangan ahlussunnah, tetapi itu hanya pantun ahli adab dan bahasa yang bodoh bukan dari ahlussunnah, yang (dalam pantun tersebut) tidak ada aturan mengikat mereka dan ketentuan yang menjadi patokan mereka, mereka adalah orang – orang yang keliru atau dari orang – orang yang membuat khurafat/dongeng, ahli takhayul/dongeng/legenda, karena itu sungguh Anda akan mendengar dan membaca dari pantun – pantun itu terkadang terdapat kalimat kekafiran dan kesyirikan. Maka hukum yang minimal untuk dikatakan tentang qashidah ini adalah bid’ah bahkan yang nampak bagi saya sungguh dia bentuk – bentuk do'a, berdo’a kepada negeri wahai penawar derita, dan ini adalah do'a yang terlarang.

Selesai dengan Taufiq Allah Subhanahu wa Ta'ala

*) Penerjemah adalah Staf Pengajar di Ma’had Tahfidzul Qur’an “As-Sunnah” Kab. Sidrap, Sulsel.

NASKAH ASLI

حكم نشيد ( ياطيبه يا دوا العياني ) المنتشر بين الناس بشكل لا يصدق فنأمل أن ينشر حكمه بين الناس

جواب الشيخ صالح بن سعد السحيمي حفظه الله


فاحذروا الأناشيد الكفرية والصوفية

السؤال :يقول هناك أناشيد اسلامية تقول ألا يا الله بنظرة من العين الرحيمة تداوي كل ما بي من أمراض سقيمة فهل في هذا شيئ ؟ ألا يا الله بنظرة من العين الرحيمة تداوي كل ما بي من أمراض سقيمة.

جواب الشيخ صالح بن سعد السحيمي:
لا أدري هل يقصد من كلمة من عين ر حيمة, هل يقصد أنه يدعو الله أن يسخر له أحدا من المخلوقين أو يقصد الله سبحانه و تعالى, على كل حال حتى و لو كان يقصد الله لا يجوز التعبير بمثل هذه العبارات, الصفات لا تدعى, نعم لله العين، لله عينان تليقان بجلاله و عظمته، لكن ما تقول يا عين الله ، حتى أن بعض العلماء قال لو دعا الصفة كفر, لو قال يا قدرة الله يا رحمة الله يا يد الله يا نعمة الله يكفر، هكذا رأى كثير من العلماء, لكن يا أخي أدعو بالأدعية الصريحة الثابتة في الكتاب و السنة و مالك و مال هذه الألفاظ الموهمة التي ربما توقعك إما في بدعة أو في شرك، ربما توقعك إما في بدعة أو في شرك، احذر منها كلها و كل لفظ اعرضه على الكتاب و السنة و على كل حال في الأناشيد في ما يسمى بالأناشيد .. أنا أنبهكم الى شيئ الآن خطر ببالي قريب الأن بجوار الحرم يباع شريط يا طيبة يا طيبة, هذا شرك .. نعم, هذا هو الشرك بعينه , تدعو طيبة من دون الله ! يا دوى العيان! من الذي يشفي المرضى الله أم طيبة!؟ فإذا دعوة طيبة لتشفيك فأنت مشرك, و هذه حتى بين الأطفال الأن متداولة في الجوالات ومتداولة في كل مكان, يا طيبة با طيبة هي هنا بجنب الحرم في التسجيلات, فاتقي الله و انتبه لنفسك, هناك ألفاظ يرددها بعض الناس و هي كفر و هو لا يدري, لا يدري لا يشعر أنها كفر, عذر أو عدم عذر عنه الله لا ندري عنه, لكن هي شرك و هو مشرك, انتبه )... ) ستسمعون أشياء .. أنا عند شريط فيه ممكن مئات الجمل كلها يرددها بعض الناس خصوصا في البلاد العربية, فانتبه لهذا.


مقطع مفرَّغ من فتوى لفضيلة الشيخ صالح السحيمي حفظه الله


... الآن بجوار الحرم يُباع شريط ( يا طيبة يا طيبة ) هذا شرك ، نعم هذا هو الشرك بعينه تدعو طيبة من دون الله؟؟! ، ( يا دوا العيّانَ ) ، من الذي يشفي المرضى ؟؟ الله أم طيبة ؟؟ فإذا دعوت طيبة لتشفيك فأنت مشرك وهذه حتى بين الأطفال الأن متداولة في الجوالات ومتداولة في كل مكان ( يا طيبة ، يا طيبة ) هنا بجوار الحرم في التسجيلات . فاتقي الله وانتبه لنفسك ، هناك ألفاظ يردِّدها بعض الناس وهي كفر وهو لا يدري ، لا يدري ، لا يشعر أنها كفر ، عذره أو عدم عذره عند الله لا ندري عنه لكن هي شرك وهو مشرك . فانتبه !! لا تسمعون أشياء ( أنا عندي شريط فيه - يمكن - مئات الجمل كلها يرددها بعض الناس ) خصوصاً في البلاد العربية .

http://www.facebook.com/photo.php?fbid=381119401905640

*****************************************

فتوى مفرغة للشيخ صالح السحيمي هل أنشودة يا طيبة يا دوى العيان فيها استغاثة؟
احسن الله اليكم يقول :توجد لعبة للاطفال فيها انشودة تقول: ياطيبة يادوى العيان هل هذا يعتبر استغاثة بغير الله ؟
الجواب :نعم انشودة ياطيبة يادوى العيان فيا رائحة الشرك وقد تكون شركا صراحا وقد طرحت السوال على بعض مشائخنا الكبار كنت عندهم قيل يومين فمنهم من صرح بأنه شرك ومنهم من قال انه فيه رائحة الشرك فانه دعاء ونداء ،والنداء شرك بهذا الشكل فالذي يداوي العيان ،طبعاالمريض .الذي يداوي المريض هو الله عز وجل ( واذا مرضت فهو يشفين ( فكونك تنادي طيبة المدينة فنحن نحب طيبة ،نحب المدينة ولكن محبتنا لها لا تجعلنا نستغيث بها اوبترابها او بأي شي فيها ،هذا لايجوز البته
بل هذا والعياذ بالله يخشى ان يكون شركا فعلينا ان نبتعد عن كل شي فيه شرك او فيه رائحة شرك والذي يظهر لي انه شرك لأنه نداء كما لوقلت ياعلي ،يامحمد ،ياعمرو ،يازيد ولا سيما انه ربطها بدواء العيان اي مريض هذة الأنشودةالتي نسمعها الان تحت الفنادق وفي المحلات يجب أن تزال،يجب وجوبا أن تزال وهي من المنكر الذي يجب على القائمين على هذا الأمر أن يزيلوه ،نعم وكذلك أكثر مايسمى بالاناشيد الاسلامية فيه من هذا القبيل كثيرا منها لا يخلو من أبتهالات واستغاثات او الحانا تشبه الحان النساء اونحو ذلك


http://www.noor-elislam.net/vb/showthread.php?s=4e9a1ef81e50aa4ce32f0edeb0aa9da0&t=4637

*****************************************

فتوى الشيخ عبيد الجابري حفظه الله

" السائل :
أحسن الله إليكم هذا سائل يقول ظهرت في الآونة الأخيرة أنشودة وفيها بعض الألفاظ المشكلة كقوله:

يا طيبة يا طيبة يادوا العيانا !!فهل هذه الفاظ شركية جزاكم الله خيرا ؟

الشيخ: عبيد الجابري - حفظه الله - أقول:
جل الأناشيد مثل المذكورة في السؤال هي ليست من نظم أدباء أهل السنة أبداً ، وإنما هي من نظم جهلة الأدباء الذين ليسوا من أهل السنة لا يضبطهم ضابط ولا يربطهم رابط هم متفلتون ، أو من المخرفة ؛ أهل الخرافة ، ولهذا فإنك تسمع وتقرأ في نظمه أحياناًُ كلمات كفر وكلمات شرك .فأقل ما يقال في هذه القصيدة أنها بدعة ، بل الظاهر لي أنها دعاء ؛ دعاء البلد يادواء العيان .وهذا من الدعاء المحذور " ا هـ .


http://www.facebook.com/photo.php?fbid=381119401905640

Jumat, 24 Februari 2012

Bolehnya Membaca Al-Qur`an Dalam Keadaaan Berjalan dan Berbaring

0 komentar
Dalil akan hal itu adalah firman Allah Ta’ala:
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ
“Orang-orang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan berdiri, duduk, dan dalam keadaan berbaring.“ (QS. Ali Imran: 191)
Dan firman Allah Ta’ala:
لِتَسْتَوُوا عَلَىٰ ظُهُورِهِ ثُمَّ تَذْكُرُوا نِعْمَةَ رَبِّكُمْ إِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ وَتَقُولُوا سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَٰذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ. وَإِنَّا إِلَىٰ رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ.
“Supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kalian mengingat nikmat Rabb kalian, apabila kalian telah duduk di atasnya. Dan suapaya kalian mengucapkan: Maha Suci Dia yang telah menundukkan semua ini bagi kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya. Dan sesungguhnya kami hanya kembali kepada Rabb kami.“ (QS. Az-Zukhruf: 13 – 14 )
Dan As-Sunnah juga telah menerangkan hal ini seluruhnya. Dari hadits Abdullah bin Mughaffal radhiallahu anhu dia berkata:
رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ فَتْحِ مَكَّةَ وَهُوَ يَقْرَأُ عَلَى رَاحِلَتِهِ سُورَةَ الْفَتْحِ
“Saya telah melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam paha hari penaklukan Makkah, di mana beliau membaca surah Al-Fath di atas tunggangan beliau.“ (HR. Al-Bukhari no. 5034 dan Muslim no. 794)
Dan dari Aisyah radhiallahu anha dia berkata:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَتَّكِئُ فِي حَجْرِي وَأَنَا حَائِضٌ ثُمَّ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ
“Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersandar di pangkuanku sementara saya dalam keadaan haidh, lalu beliau membaca Al-Qur`an.“ (HR. Al-Bukhari no. 297 dan Muslim no. 301)
Adapun bagi seorang yang sedang berjalan, maka dapat dianalogikan kepada seseorang yang sedang berada di atas kendaraan, karena keduanya tidak ada perbedaan.
Faedah:
Pada hadits Aisyah radhiallahu ‘anha, menunjukkan bolehnya membaca Al-Qur`an di pangkuan seorang wanita yang tengah haidh atau nifas. Dan yang dimaksud dengan bersandar di sini adalah meletakkan kepala di pangkuan. Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan, “Hadits ini menunjukkan bolehnya membaca Al-Qur`an di dekat tempat yang najis, sebagaimana yang dikatakan oleh an-Nawawi.” [Fath Al-Baari: 1 / 479]

HUKUM MEMBUNUH SEMUT, KECOA, JANGKRIK DAN SEMISALNYA

0 komentar


 Pertanyaan:
Binatang-binatang melata yang ada di rumah seperti semut, jangkrik dan binatang sejenisnya. Bolehkah membunuhnya dengan air, atau dibakar atau apa yang harus saya lakukan?

Jawab:
Syaikh Abdul aziz bin Baz Rahimahullah menjawab: Apabila binatang-binatang melata ini menyakiti, maka boleh membunuhnya. Tetapi bukan dengan cara membakar, namun dengan dengan cara lain yang bisa membinasaknnya, karena Rosululloh Shallallaahu ‘alahi wasallam bersabda:
,خَمْسٌ فَوَاسِقُ يُقْتَلْنَ فيِ اْلحِلِّ وَاْلحَرَمِ اْلحَيَّةُ وَالْغُرَابُ اْلأَبْقَعُ وَالْفَأْرَةُ وَالْكَلْبُ وَاْلعُقُوْرُ وَاْلحُدَيَّا
Lima macam binatang fasiq yang boleh dibunuh di tanah halal dan di tanah haram; ular, burung gagak hitam pekat, tikus, anjing gila, dan burung elang.”
Pada kata ‘al-hayyah/ular’, Nabi Shallallaahu ‘alahi wasallam mengabarkan tentang gangguannya dan ia adalah binatang-binatang fasik, maksudnya menyakiti dan mengidzinkan untuk membunuhnya. Demikian pula binatang melata yang sejenisnya, apabila mengganggu, boleh dibunuh di tanah halal dan haram. Seperti semut, jangkrik, nyamuk dan binatang sejenisnya yang mengganggu. ( Majmu Fatawa wa Maqalat Mutanawwi’ah: 5/ 301-302).
 

Ka'bah Night | powered by Blogger | created from Minima retouched by ics - id