Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah l dan mensyukuri nikmat-nikmat-Nya. Terlebih, nikmat paling besar yang tidak didapatkan oleh setiap orang, bahkan oleh kebanyakan manusia, yaitu nikmat dikaruniai agama Islam. Allah l berfirman:
“Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman walaupun engkau sangat menginginkannya.” (Yusuf: 103)
Oleh karena itu, marilah kita senantiasa menjaga karunia yang paling besar ini, dengan bersungguh-sungguh dalam berpegang teguh dengan ajarannya. Bukan menjadi orang yang sekadar mengaku beragama Islam namun tidak mau membuktikan keislamannya.
“Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman walaupun engkau sangat menginginkannya.” (Yusuf: 103)
Oleh karena itu, marilah kita senantiasa menjaga karunia yang paling besar ini, dengan bersungguh-sungguh dalam berpegang teguh dengan ajarannya. Bukan menjadi orang yang sekadar mengaku beragama Islam namun tidak mau membuktikan keislamannya.
Hadirin rahimakumullah,
Islam adalah agama yang menuntut pemeluknya untuk menyerahkan diri kepada Allah l dan meninggalkan seluruh jenis perbuatan syirik sekaligus orang-orang yang melakukannya. Islam juga agama yang dibangun di atas fondasi dan penopang yang disebut rukun Islam. Nabi n bersabda:
بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَأنَّ مُحَمَّداً رَسُولُ اللهِ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ، وَحَجِّ البَيْتِ
“Agama Islam dibangun di atas lima hal: Persaksian bahwasanya tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, serta haji ke Baitullah.” (Muttafaqun ‘alaih)
Pada hakikatnya, merupakan kesalahan besar bila ada yang menganggap bahwa seseorang akan tetap di atas keislamannya selama dirinya mengaku muslim dan mengakui kebaikan ajaran Islam, meskipun dirinya di atas akidahnya orang-orang jahiliah, sehingga masih terjatuh pada syirik besar dan tidak mewujudkan dua kalimat syahadat yang merupakan fondasi Islam. Di samping itu, merupakan suatu kebodohan yang nyata bila ada yang menyangka bahwa seorang muslim tidak mungkin akan keluar dari agamanya meskipun dirinya terjatuh dalam perbuatan memperolok-olok ajaran Islam, seperti memperolok-olok disyariatkannya memakai cadar, memelihara jenggot, mengangkat kain di atas mata kaki, dan yang semisalnya. Allah l memperingatkan perbuatan memperolok-olok agama meskipun hanya dengan maksud bersenda-gurau dalam firman-Nya:
Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang perbuatan memperolok-olok Nabi n dan sahabatnya), tentulah mereka akan menjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda-gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah, “Apakah terhadap Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya, kamu selalu berolok-olok? Tidak ada udzur bagi kalian. Kalian telah kafir sesudah beriman.” (At-Taubah: 65—66)
Oleh karena itu, setiap muslim wajib mengenal agamanya dengan sebenar-benarnya serta mengamalkan ajarannya. Sebab, ketidaktahuannya terhadap ajaran Islam bisa menyebabkan dirinya terjatuh pada perbuatan syirik dan pembatal-pembatal keislaman lainnya.
Islam adalah agama yang menuntut pemeluknya untuk menyerahkan diri kepada Allah l dan meninggalkan seluruh jenis perbuatan syirik sekaligus orang-orang yang melakukannya. Islam juga agama yang dibangun di atas fondasi dan penopang yang disebut rukun Islam. Nabi n bersabda:
بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَأنَّ مُحَمَّداً رَسُولُ اللهِ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ، وَحَجِّ البَيْتِ
“Agama Islam dibangun di atas lima hal: Persaksian bahwasanya tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, serta haji ke Baitullah.” (Muttafaqun ‘alaih)
Pada hakikatnya, merupakan kesalahan besar bila ada yang menganggap bahwa seseorang akan tetap di atas keislamannya selama dirinya mengaku muslim dan mengakui kebaikan ajaran Islam, meskipun dirinya di atas akidahnya orang-orang jahiliah, sehingga masih terjatuh pada syirik besar dan tidak mewujudkan dua kalimat syahadat yang merupakan fondasi Islam. Di samping itu, merupakan suatu kebodohan yang nyata bila ada yang menyangka bahwa seorang muslim tidak mungkin akan keluar dari agamanya meskipun dirinya terjatuh dalam perbuatan memperolok-olok ajaran Islam, seperti memperolok-olok disyariatkannya memakai cadar, memelihara jenggot, mengangkat kain di atas mata kaki, dan yang semisalnya. Allah l memperingatkan perbuatan memperolok-olok agama meskipun hanya dengan maksud bersenda-gurau dalam firman-Nya:
Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang perbuatan memperolok-olok Nabi n dan sahabatnya), tentulah mereka akan menjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda-gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah, “Apakah terhadap Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya, kamu selalu berolok-olok? Tidak ada udzur bagi kalian. Kalian telah kafir sesudah beriman.” (At-Taubah: 65—66)
Oleh karena itu, setiap muslim wajib mengenal agamanya dengan sebenar-benarnya serta mengamalkan ajarannya. Sebab, ketidaktahuannya terhadap ajaran Islam bisa menyebabkan dirinya terjatuh pada perbuatan syirik dan pembatal-pembatal keislaman lainnya.
Hadirin rahimakumullah,
Barang siapa memerhatikan keadaan umat yang tidak mendapatkan hidayah Islam atau tidak menjalankan aturan-aturan Islam dalam kehidupannya baik di masa lampau maupun di masa kini, dia akan mendapatkan keadaan yang penuh ketidakteraturan. Mereka hidup dalam keadaan tidak tenteram dan diliputi rasa khawatir serta saling menyakiti satu sama lain. Hal ini sebagaimana terjadi di masa jahiliah, misalnya, yaitu zaman sebelum diutusnya Nabi n di jazirah Arab. Di masa itu, manusia hidup dalam keadaan diliputi kebodohan, kegelapan, dan kerusakan. Karena kebodohannya, mereka tidak mengenal Rabbnya dan terjatuh pada peribadatan kepada selain Allah l. Di antaranya, mereka berdoa kepada orang yang telah meninggal dunia dengan persangkaan bahwa orang-orang yang telah mati tersebut bisa dijadikan sebagai perantara untuk meminta kepada Allah l dan bisa mendekatkan diri mereka kepada Allah l. Allah l menyebutkan keadaan orang-orang musyrikin di zaman dahulu ini dalam firman-Nya:
Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata), “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” (Az-Zumar: 3)
Begitu pula keadaan orang-orang yang tidak mendapatkan hidayah Islam di masa kini. Mereka terjatuh pada perbuatan syirik dengan berbagai ragamnya, hingga melakukan perbuatan-perbuatan yang menutupi akal mereka, seperti berebut kotoran kerbau atau air comberan untuk mengambil berkah darinya. Mereka juga dipenuhi rasa takut dan saling bermusuhan, sebagaimana yang terjadi di tempat yang masih banyak praktik-praktik sihir dan perdukunan. Begitu pula yang terjadi pada masyarakat yang masih mengeramatkan pohon atau tempat-tempat tertentu.
Adapun orang-orang yang mendapatkan hidayah Islam dan memahaminya dengan sebenar-benarnya, mereka hidup di atas kemuliaan dan kebahagiaan. Mereka menjalani kehidupan dunia ini di atas aturan-aturan hidup yang lengkap, sempurna, penuh dengan keindahan dan kemudahan.
Barang siapa memerhatikan keadaan umat yang tidak mendapatkan hidayah Islam atau tidak menjalankan aturan-aturan Islam dalam kehidupannya baik di masa lampau maupun di masa kini, dia akan mendapatkan keadaan yang penuh ketidakteraturan. Mereka hidup dalam keadaan tidak tenteram dan diliputi rasa khawatir serta saling menyakiti satu sama lain. Hal ini sebagaimana terjadi di masa jahiliah, misalnya, yaitu zaman sebelum diutusnya Nabi n di jazirah Arab. Di masa itu, manusia hidup dalam keadaan diliputi kebodohan, kegelapan, dan kerusakan. Karena kebodohannya, mereka tidak mengenal Rabbnya dan terjatuh pada peribadatan kepada selain Allah l. Di antaranya, mereka berdoa kepada orang yang telah meninggal dunia dengan persangkaan bahwa orang-orang yang telah mati tersebut bisa dijadikan sebagai perantara untuk meminta kepada Allah l dan bisa mendekatkan diri mereka kepada Allah l. Allah l menyebutkan keadaan orang-orang musyrikin di zaman dahulu ini dalam firman-Nya:
Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata), “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” (Az-Zumar: 3)
Begitu pula keadaan orang-orang yang tidak mendapatkan hidayah Islam di masa kini. Mereka terjatuh pada perbuatan syirik dengan berbagai ragamnya, hingga melakukan perbuatan-perbuatan yang menutupi akal mereka, seperti berebut kotoran kerbau atau air comberan untuk mengambil berkah darinya. Mereka juga dipenuhi rasa takut dan saling bermusuhan, sebagaimana yang terjadi di tempat yang masih banyak praktik-praktik sihir dan perdukunan. Begitu pula yang terjadi pada masyarakat yang masih mengeramatkan pohon atau tempat-tempat tertentu.
Adapun orang-orang yang mendapatkan hidayah Islam dan memahaminya dengan sebenar-benarnya, mereka hidup di atas kemuliaan dan kebahagiaan. Mereka menjalani kehidupan dunia ini di atas aturan-aturan hidup yang lengkap, sempurna, penuh dengan keindahan dan kemudahan.
Hadirin rahimakumullah,
Oleh karena itu, di hadapan kita ada jalan menuju kebahagiaan dan jalan menuju surga serta keridhaan Allah l. Di hadapan kita ada jalan yang terang dan jelas dalam mengatur seluruh urusan kita. Namun, mengapa ada yang tidak bersungguh-sungguh mengikuti ajarannya? Bahkan, ada kaum muslimin yang justru meninggalkan akidah, prinsip, dan aturan Islam, serta lebih memilih akidah orang-orang musyrikin dan ajaran orang-orang kafir? Tidakkah mereka menginginkan ajaran yang akan membuat ketenteraman dan kebahagiaan serta jauh dari kekhawatiran dan ketidakteraturan? Lebih dari itu, tidakkah mereka menginginkan keselamatan dari siksa api neraka dan merasakan nikmatnya surga? Namun, mengapa ada kaum muslimin yang justru meninggalkan ajaran agamanya? Mengapa sebagian kaum muslimin lebih bangga ketika bisa berpenampilan dengan model orang Barat? Mengapa pula sebagian wanita muslimah lebih memilih berpenampilan dengan busana orang kafir yang menampakkan auratnya, berpakaian tetapi telanjang, serta meninggalkan busana muslimah yang menjaga kehormatan dan kesuciannya? Tidakkah ajaran Islam adalah ajaran yang indah dan mulia, sedangkan yang menyelisihinya adalah ajaran yang hina dan rendah?
Oleh karena itu, di hadapan kita ada jalan menuju kebahagiaan dan jalan menuju surga serta keridhaan Allah l. Di hadapan kita ada jalan yang terang dan jelas dalam mengatur seluruh urusan kita. Namun, mengapa ada yang tidak bersungguh-sungguh mengikuti ajarannya? Bahkan, ada kaum muslimin yang justru meninggalkan akidah, prinsip, dan aturan Islam, serta lebih memilih akidah orang-orang musyrikin dan ajaran orang-orang kafir? Tidakkah mereka menginginkan ajaran yang akan membuat ketenteraman dan kebahagiaan serta jauh dari kekhawatiran dan ketidakteraturan? Lebih dari itu, tidakkah mereka menginginkan keselamatan dari siksa api neraka dan merasakan nikmatnya surga? Namun, mengapa ada kaum muslimin yang justru meninggalkan ajaran agamanya? Mengapa sebagian kaum muslimin lebih bangga ketika bisa berpenampilan dengan model orang Barat? Mengapa pula sebagian wanita muslimah lebih memilih berpenampilan dengan busana orang kafir yang menampakkan auratnya, berpakaian tetapi telanjang, serta meninggalkan busana muslimah yang menjaga kehormatan dan kesuciannya? Tidakkah ajaran Islam adalah ajaran yang indah dan mulia, sedangkan yang menyelisihinya adalah ajaran yang hina dan rendah?
Hadirin rahimakumullah,
Apa pun sikap seseorang terhadap ajaran Islam, kerugiannya akan kembali pada dirinya sendiri. Orang-orang yang berpegang teguh di atas ajaran Islam dengan sebenar-benarnya akan terus ada, dengan kehendak dan pertolongan Allah l. Allah l berfirman:
“Dan jika kalian berpaling niscaya Dia akan mengganti (kalian) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kalian.” (Muhammad: 38)
Apa pun sikap seseorang terhadap ajaran Islam, kerugiannya akan kembali pada dirinya sendiri. Orang-orang yang berpegang teguh di atas ajaran Islam dengan sebenar-benarnya akan terus ada, dengan kehendak dan pertolongan Allah l. Allah l berfirman:
“Dan jika kalian berpaling niscaya Dia akan mengganti (kalian) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kalian.” (Muhammad: 38)
Hadirin rahimakumullah,
Marilah kita bersungguh-sungguh mewujudkan keislaman kita dan berhati-hati dengan tipudaya musuh-musuh Islam yang ingin mengeluarkan pemeluknya dari ajarannya yang mulia. Allah l berfirman:
“Dan mereka (orang-orang kafir) tidak henti-hentinya memerangi kalian sampai mereka (dapat) mengembalikan kalian dari agama kalian (kepada kekafiran), jika mereka mampu. Barang siapa yang murtad di antara kalian dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (Al-Baqarah: 217)
Upaya memerangi kaum muslimin yang dilakukan oleh orang-orang kafir tidaklah selalu menggunakan cara fisik. Akan tetapi, mereka memerangi melalui pemikiran dan keyakinan serta akhlak yang akan merusak agama kaum muslimin. Mereka akan menawarkan akidah dan prinsip yang akan merusak serta menghilangkan akidah seorang. Mereka juga menawarkan akhlak yang dipenuhi keinginan untuk memuaskan syahwat. Mereka akan memanfaatkan berbagai kesempatan dan sarana yang beraneka ragam: media cetak, elektronik, dan lainnya. Oleh karena itu, kaum muslimin harus senantiasa waspada dari makar dan tipudaya serta upaya pemurtadan yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam. Mudah-mudahan Allah l senantiasa menjaga dan menolong kita untuk bisa mengamalkan ajaran Islam yang sebenarnya serta menjauhkan kita dari mengikuti ajaran-ajaran orang kafir yang menyesatkan.
Marilah kita bersungguh-sungguh mewujudkan keislaman kita dan berhati-hati dengan tipudaya musuh-musuh Islam yang ingin mengeluarkan pemeluknya dari ajarannya yang mulia. Allah l berfirman:
“Dan mereka (orang-orang kafir) tidak henti-hentinya memerangi kalian sampai mereka (dapat) mengembalikan kalian dari agama kalian (kepada kekafiran), jika mereka mampu. Barang siapa yang murtad di antara kalian dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (Al-Baqarah: 217)
Upaya memerangi kaum muslimin yang dilakukan oleh orang-orang kafir tidaklah selalu menggunakan cara fisik. Akan tetapi, mereka memerangi melalui pemikiran dan keyakinan serta akhlak yang akan merusak agama kaum muslimin. Mereka akan menawarkan akidah dan prinsip yang akan merusak serta menghilangkan akidah seorang. Mereka juga menawarkan akhlak yang dipenuhi keinginan untuk memuaskan syahwat. Mereka akan memanfaatkan berbagai kesempatan dan sarana yang beraneka ragam: media cetak, elektronik, dan lainnya. Oleh karena itu, kaum muslimin harus senantiasa waspada dari makar dan tipudaya serta upaya pemurtadan yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam. Mudah-mudahan Allah l senantiasa menjaga dan menolong kita untuk bisa mengamalkan ajaran Islam yang sebenarnya serta menjauhkan kita dari mengikuti ajaran-ajaran orang kafir yang menyesatkan.
Khutbah kedua
الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِي هَدَانَا لِلْإسْلاَمِ، وَامْتَنَّ عَلَيْنَا بِبِعْثَةِ خَيْرِ الأَنَامِ، نَبِيِّنَا وَحَبِيْبِنَا مُحَمَّدٍ n، أَحْمَدُهُ تَعَالَى وَأَشْكُرُهُ حَيْثُ أَكْمَلَ لَنَا الدِّيْنَ، وَأَتَمَّ عَلَيْنَا النِّعْمَةَ، وَرَضِيَ لَنَا الْإِسْلاَمَ ديناً، وَأَشْهَدُ أنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، أَمَرَنَا بِاتِّبَاعِ صِرَاطِهِ الْمُسْتَقِيْمِ، وَحَذَّرَنَا مِنْ طُرُقِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ، وَالضَّالِّيْنَ وَغَيْرِهِمْ مِنَ الْمُنْحَرِفِيْنَ عَنِ اْلهُدَى الْمُسْتَقِيْمِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، بَلَّغَ الْبَلَاغَ الْمُبِيْنَ، وَتَرَكَ النَّاسَ عَلَى المَنْهَجِ القَوِيْمِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِينَ وَالسَّائِرِيْنَ عَلَى نَهْجِهِمْ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْراً. أَمَّا بَعْدُ:
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah l dan bersyukur atas karunia-Nya yang sangat besar, yaitu agama yang sempurna dan diutusnya Rasul yang mulia. Allah l berfirman:
“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus kepada mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (Ali Imran: 164)
الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِي هَدَانَا لِلْإسْلاَمِ، وَامْتَنَّ عَلَيْنَا بِبِعْثَةِ خَيْرِ الأَنَامِ، نَبِيِّنَا وَحَبِيْبِنَا مُحَمَّدٍ n، أَحْمَدُهُ تَعَالَى وَأَشْكُرُهُ حَيْثُ أَكْمَلَ لَنَا الدِّيْنَ، وَأَتَمَّ عَلَيْنَا النِّعْمَةَ، وَرَضِيَ لَنَا الْإِسْلاَمَ ديناً، وَأَشْهَدُ أنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، أَمَرَنَا بِاتِّبَاعِ صِرَاطِهِ الْمُسْتَقِيْمِ، وَحَذَّرَنَا مِنْ طُرُقِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ، وَالضَّالِّيْنَ وَغَيْرِهِمْ مِنَ الْمُنْحَرِفِيْنَ عَنِ اْلهُدَى الْمُسْتَقِيْمِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، بَلَّغَ الْبَلَاغَ الْمُبِيْنَ، وَتَرَكَ النَّاسَ عَلَى المَنْهَجِ القَوِيْمِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِينَ وَالسَّائِرِيْنَ عَلَى نَهْجِهِمْ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْراً. أَمَّا بَعْدُ:
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah l dan bersyukur atas karunia-Nya yang sangat besar, yaitu agama yang sempurna dan diutusnya Rasul yang mulia. Allah l berfirman:
“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus kepada mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (Ali Imran: 164)
Hadirin rahimakumullah,
Allah l berwasiat kepada orang-orang yang beriman untuk tetap kokoh di atas agama yang dibawa oleh Rasulullah n hingga ajal menjemputnya. Allah l berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dengan sebenar-benar takwa dan janganlah sekali-kali kalian mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (Ali Imran: 102)
Allah l juga telah meridhai Islam sebagai satu-satunya agama bagi kita, sebagaimana dalam firman-Nya:
“Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kalian agama kalian, dan telah Ku-cukupkan kepada kalian nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu sebagai agama bagi kalian.” (Al-Maidah: 3)
Oleh karena itu, selain Islam adalah agama yang batil dan tidak akan diterima oleh Allah l, sebagaimana dalam firman-Nya:
“Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Ali Imran: 85)
Dengan demikian, adalah suatu kesalahan yang sangat besar dan nyata bila menganggap semua agama itu benar. Mungkin mereka beralasan bahwa semua agama diturunkan dari langit, atau bahwa semuanya mengajak kepada Tuhan yang sama.
Allah l berwasiat kepada orang-orang yang beriman untuk tetap kokoh di atas agama yang dibawa oleh Rasulullah n hingga ajal menjemputnya. Allah l berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dengan sebenar-benar takwa dan janganlah sekali-kali kalian mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (Ali Imran: 102)
Allah l juga telah meridhai Islam sebagai satu-satunya agama bagi kita, sebagaimana dalam firman-Nya:
“Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kalian agama kalian, dan telah Ku-cukupkan kepada kalian nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu sebagai agama bagi kalian.” (Al-Maidah: 3)
Oleh karena itu, selain Islam adalah agama yang batil dan tidak akan diterima oleh Allah l, sebagaimana dalam firman-Nya:
“Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Ali Imran: 85)
Dengan demikian, adalah suatu kesalahan yang sangat besar dan nyata bila menganggap semua agama itu benar. Mungkin mereka beralasan bahwa semua agama diturunkan dari langit, atau bahwa semuanya mengajak kepada Tuhan yang sama.
Hadirin rahimakumullah,
Ketahuilah, agama selain Islam yang saat ini dianut oleh sebagian orang adalah bukanlah agama yang Allah l turunkan melalui para nabi-Nya. Agama Nasrani yang sekarang dianut oleh sebagian orang, misalnya, bukanlah agama yang dahulu diturunkan kepada Nabi ‘Isa q. Akan tetapi, agama tersebut telah diubah oleh pemeluknya sehingga tidak lagi seperti yang dibawa oleh Nabi ‘Isa q. Hal ini terbukti dengan keyakinan mereka yang mengatakan bahwa Nabi ‘Isa adalah anak Tuhan, bahkan meyakininya sebagai salah satu Tuhan yang diibadahi. Keyakinan yang salah ini telah dibantah oleh Allah l di dalam firman-Nya:
Dan (ingatlah) ketika Allah mengatakan (di akhirat), “Wahai Isa putra Maryam, apakah engkau mengatakan kepada manusia: ‘Jadikanlah aku dan ibuku dua orang sesembahan selain Allah?’.” (Nabi) Isa menjawab, “Mahasuci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya, tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku, sedangkan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara-perkara yang gaib.” (Al-Maidah: 116)
Bila demikian keadaannya, agama Nasrani dan yang selain Islam sudah tidak lagi sama dengan yang dibawa oleh para nabi, apakah kemudian akan dikatakan bahwa semua agama itu benar karena datangnya dari langit dan mengajak kepada Tuhan yang sama? Oleh karena itu, janganlah kita tertipu dengan pernyataan yang akan merusak akidah kita ini, siapa pun yang mengatakannya.
Ketahuilah, agama selain Islam yang saat ini dianut oleh sebagian orang adalah bukanlah agama yang Allah l turunkan melalui para nabi-Nya. Agama Nasrani yang sekarang dianut oleh sebagian orang, misalnya, bukanlah agama yang dahulu diturunkan kepada Nabi ‘Isa q. Akan tetapi, agama tersebut telah diubah oleh pemeluknya sehingga tidak lagi seperti yang dibawa oleh Nabi ‘Isa q. Hal ini terbukti dengan keyakinan mereka yang mengatakan bahwa Nabi ‘Isa adalah anak Tuhan, bahkan meyakininya sebagai salah satu Tuhan yang diibadahi. Keyakinan yang salah ini telah dibantah oleh Allah l di dalam firman-Nya:
Dan (ingatlah) ketika Allah mengatakan (di akhirat), “Wahai Isa putra Maryam, apakah engkau mengatakan kepada manusia: ‘Jadikanlah aku dan ibuku dua orang sesembahan selain Allah?’.” (Nabi) Isa menjawab, “Mahasuci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya, tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku, sedangkan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara-perkara yang gaib.” (Al-Maidah: 116)
Bila demikian keadaannya, agama Nasrani dan yang selain Islam sudah tidak lagi sama dengan yang dibawa oleh para nabi, apakah kemudian akan dikatakan bahwa semua agama itu benar karena datangnya dari langit dan mengajak kepada Tuhan yang sama? Oleh karena itu, janganlah kita tertipu dengan pernyataan yang akan merusak akidah kita ini, siapa pun yang mengatakannya.
Hadirin rahimakumullah,
Ketahuilah, sesungguhnya agama seluruh para nabi memiliki tujuan yang sama, yaitu mengajak manusia untuk berserah diri kepada Allah l dengan beribadah hanya kepada-Nya dan berlepas diri dari peribadatan kepada selain-Nya. Oleh karena itu, seluruh agama para nabi—meskipun berbeda syariatnya—disebut agama Islam, dan para pengikutnya disebut kaum muslimin karena memiliki prinsip dan tujuan yang sama. Allah l berfirman:
Dan (Nabi) Ibrahim telah berwasiat dengan wasiat tersebut kepada anak-anaknya, demikian pula (Nabi) Ya’qub. (Nabi Ibrahim berkata), “Wahai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagi kalian, maka janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan memeluk agama Islam.” (Al-Baqarah: 132)
Oleh karena itu, kita membenarkan ajaran seluruh para nabi dan kitab suci yang diturunkan kepada mereka. Namun demikian, dengan diutusnya Rasulullah n, syariat agama yang terdahulu telah dihapus kecuali prinsip dan tujuannya, yaitu mentauhidkan Allah l. Artinya, agama Islam yang dibawa oleh penutup para nabi—Nabi kita Muhammad n— itulah yang harus kita ikuti. Bahkan, dengan diutusnya beliau, seluruh manusia dan jin yang ada di muka bumi ini tidak memiliki pilihan lain kecuali harus mengikuti ajarannya. Barang siapa tidak mau mengikuti agama yang dibawanya, maka dia adalah orang kafir yang akan menjadi penghuni neraka. Nabi n bersaba:
وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لاَ يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ وَلاَ نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلاَّ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ
“Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, tidak ada seorang pun dari umat ini yang telah mendengar diutusnya aku, baik dia Yahudi maupun Nasrani, kemudian mati dalam keadaan tidak beriman terhadap agama yang aku diutus dengannya (Islam), melainkan dia termasuk penghuni neraka.” (HR. Muslim)
Ketahuilah, sesungguhnya agama seluruh para nabi memiliki tujuan yang sama, yaitu mengajak manusia untuk berserah diri kepada Allah l dengan beribadah hanya kepada-Nya dan berlepas diri dari peribadatan kepada selain-Nya. Oleh karena itu, seluruh agama para nabi—meskipun berbeda syariatnya—disebut agama Islam, dan para pengikutnya disebut kaum muslimin karena memiliki prinsip dan tujuan yang sama. Allah l berfirman:
Dan (Nabi) Ibrahim telah berwasiat dengan wasiat tersebut kepada anak-anaknya, demikian pula (Nabi) Ya’qub. (Nabi Ibrahim berkata), “Wahai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagi kalian, maka janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan memeluk agama Islam.” (Al-Baqarah: 132)
Oleh karena itu, kita membenarkan ajaran seluruh para nabi dan kitab suci yang diturunkan kepada mereka. Namun demikian, dengan diutusnya Rasulullah n, syariat agama yang terdahulu telah dihapus kecuali prinsip dan tujuannya, yaitu mentauhidkan Allah l. Artinya, agama Islam yang dibawa oleh penutup para nabi—Nabi kita Muhammad n— itulah yang harus kita ikuti. Bahkan, dengan diutusnya beliau, seluruh manusia dan jin yang ada di muka bumi ini tidak memiliki pilihan lain kecuali harus mengikuti ajarannya. Barang siapa tidak mau mengikuti agama yang dibawanya, maka dia adalah orang kafir yang akan menjadi penghuni neraka. Nabi n bersaba:
وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لاَ يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ وَلاَ نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلاَّ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ
“Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, tidak ada seorang pun dari umat ini yang telah mendengar diutusnya aku, baik dia Yahudi maupun Nasrani, kemudian mati dalam keadaan tidak beriman terhadap agama yang aku diutus dengannya (Islam), melainkan dia termasuk penghuni neraka.” (HR. Muslim)
Hadirin rahimakumullah,
Akhirnya, mudah-mudahan Allah l senantiasa mengaruniakan kepada kita semua istiqamah di atas satu-satunya agama yang diridhai-Nya.
Akhirnya, mudah-mudahan Allah l senantiasa mengaruniakan kepada kita semua istiqamah di atas satu-satunya agama yang diridhai-Nya.
Sumber : Majalah AsySyariah Edisi 061
0 komentar:
Posting Komentar