بسم الله الرحمان الرحيم
Oleh: Al-Ustadz Ayip Syafruddin
Menurut Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah rahimahullah dalam
Ijtima’ Al-Juyusy Al-Islamiyah, nikmat terbagi dua; nikmat yang
bersifat muthlak dan nikmat yang bersifat muqayyad (mengikat). Nikmat
yang bersifat muthlak adalah nikmat yang akan mengantarkan seseorang
pada kebahagiaan abadi, seperti kebahagiaan seseorang dalam berislam dan
mengikuti sunnah Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam.
Allah Ta’ala berfirman;
وَمَن
يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَٰئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ
اللَّهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ
وَالصَّالِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُولَٰئِكَ رَفِيقًا.
“Dan barang siapa yang menta’ati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu
akan bersama-sama dengan orang-orang yang mati syahid dan orang-orang
shalih. Mereka itulah teman sebaik-baiknya.” (An-Nisa:69).
Adapun nikmat kedua yang bersifat
terikat/terbatas adalah nikmat yang digambarkan dalam bentuk kesehatan,
anak, kekayaan, dan istri shalehah. Menurut Ibnu Qoyyim rahimahullah, anak
merupakan bentuk nikmat. Anak merupakan pemberian dari Allah Ta’ala.
Pemberian ini merupakan amanah. Karenanya, setiap orang tua yang
dikaruniai anak harus berusaha mengarahkan anak agar tetap terjaga
fithrahnya. Yaitu, tetap terjaga tauhid atau keislamannya.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda;
كُلُّ مَوْ لُودٍ يُولَدُ عَلَى الفِطْرَة فَأبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
“Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan diatas fithrah
(bertauhid). Maka, kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut
menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi” (HR.Bukhori, no.1384 dan Muslim,
no.2658, Hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)Pengertian fithrah adalah tahuhid, Seperti diungkapkan Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan hafizhahullah, bahwa penetapan kerububiyahan Allah adalah bersifat fithrah. Pendidikan yang salah akan menyebabkan perubahan arah pada anak. (lihat Aqidah At-Tauhid, hal:28).
Maka, menjaga agar fithrah itu tetap ada
merupakan kewajiban orang tua muslim. Inilah amanah terbesar yang harus
ditunaikan para orang tua. Mengawal tauhid anak agar selamat, untuk hal
ini para orang tua dituntut berusaha membekali anak dengan pendidikan
islam yang baik dan benar. Ditengah pertarungan budaya yang teramat
tajam, mendidik anak kearah yang dicitakan tentu tak mudah, memohon
kepada Allah Ta’ala, berdo’a dengan kesungguhan seraya terus berusaha
tentu sebuah langkah bijak.
Menyadari anak sebagai amanah yang kelak
akan dimintai pertanggung jawabannya adalah langkah awal menuju
pendidikan yang baik dan benar. Tanpa kesadaran ini orang tua akan
semaunya dalam mendidik anak. Tentunya, di iringi dengan kejahilannya,
anak akan diantarkan pada taraf pendidikan yang sekedar bertujuan
pragmatis, Cuma sekedar untuk duniawinya. Adapun akhirat, terlalaikan,
tidak tersentuh sama sekali.
Wallahu a’lam.sumber : http://www.salafy.or.id/2011/12/01/anak-adalah-amanah
0 komentar:
Posting Komentar